PEMBAHASAN
A. Komunikasi Respektif
Langkah
awal untuk membangun komunikasi respektif ini adalah upaya meningkatkan
integritas diri atau kepercayaan orang lain terhadap diri sendiri.
Integritas artinya kualitas untuk dapat dipercaya (the quality of being trust). Respek terhadap keberadaan orang lain adalah nilai mutlak untuk menjalin hubungan timbal balik antar perorangan (interpersonal interaction)
yang mutualistik atau saling menguntungkan. Perbaikan hubungan timbal
balik antar perorangan juga akan memberi kemudahan komunikasi antar
individu yang berbeda budaya dengan meningkatkan
penghargaan/kepercayaan, toleransi, dan jawaban yang berbeda.
Implementasinya
dalam dunia pendidikan adalah perlunya integritas, respektif,
memberikan penghargaan, kepercayaan, toleransi dari setiap komunikasi
yang dilakukan oleh peserta didik. Selama ini dalam pendidikan
komunikasi yang harus diperhatikan adalah dari pendidik, tetapi kadang feedback dari peserta didik kurang diperhatikan, dipandang sebelah mata, atau bahkan dianggap sebagai noise
(gangguan) dalam proses belajar mengajar. Hal ini tentunya akan
mematikan
proses pengembangan peserta didik, oleh karena itu di samping
penggunaan bahasa komunikatif perlu juga penggunaan komunikasi respektif
dalam dunia pendidikan.
Dalam
melakukan komunikasi yang respektif perlu memperhatikan prinsip-
prinsip komunikasi respektif itu sendiri. Menurut Endang G. Lestari dan
M. A. Maliki (2003) prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
1. Positive Thinking
(berprasangka positif). Lebih baik menguraikan atau mendeskripsikan
keadaan yang apa adanya daripada mengevaluasi berita atau pesan untuk
mencari-cari kesalahan dan kelemahan orang lain. Memberi informasi dan
bertanya tentang informasi lebih baik daripada sekedar menghargai atau
memuji, membenarkan pendapat, atau menyatakan, secara tidak langsung
bahwa penerima seharusnya tidak merubah pesan.
2. Solution-oriented
(berorientasi pada solusi). Berorientasi pada pemecahan masalah dengan
cara berkolaborasi dalam menggali masalah bersama yang dihadapi jauh
lebih baik daripada mencoba mengawasi atau mengontrol pendengar atau
dengan membesar-besarkan sikap komunikator.
3. Being Honest.
Gunakan spontanitas dan kejujuran, serta nyatakan maksud sesungguhnya
daripada secara ambisius memakai strategi yang melibatkan orang lain
untuk memanipulasi demi mencapai berbagai maksud pribadi.
4. Emphaty
(Empati). Sampaikan empati dan gunakan perasaan dalam mendengarkan
daripada sekedar memperlihatkan ketidakseriusan atau bersikap netral.
5. Feeling (perasaan).
Merasakan apa yang orang lain rasakan adalah lebih baik daripada
melebih-lebihkan apa yang disampaikan pendengar. Berikan isyarat bahwa
kita masuk sebagai bagian dari hubungan, tidak hanya mendominasi
hubungan timbal balik.
6. Communicate.
Gunakan komunikasi bila orang lain mencoba perilaku dan ide-idenya
daripada sekedar mengikuti saja. Mereka tidak akan memberikan kesan
kalau mereka tahu akan jawabannya, karena mereka tidak memerlukan
bantuan orang lain.
B. Etika Komunikasi
1. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos
yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana
etika berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat
penilai kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah dilakukan.
Secara
sepintas, tidak terdapat perbedaan antara etika Barat dengan etika
Islam karena keduanya menentukan batas-batas antara yang baik dan buruk,
benar dan salah. Fungsi etika adalah memberikan kepada masyarakat
beberapa prinsip atau ukuran dasar untuk menentukan bagaimana tingkah
laku yang benar dan baik. Perbedaannya hanya terletak pada sumber atau
referensinya. Tetapi, jika diteliti secara mendalam, diantara keduanya
terdapat perbedaan yang mencolok. Perbedaannya ialah, etika Barat
bertitik tolak dari akal pikiran manusia, yaitu akal pikiran para ahli
filsafat. Yang menjadi dasar etika Barat tentang perbuatan baik dan
buruk, yang berbeda dari seorang ke orang lain. Sedangkan yang menjadi
dasar etika Islam iman dan taqwa kepada Allah swt.
Ditemukan prinsip-prinsip etika komunikasi, bagaimana Rasulullah saw mengajarkan berkomunikasi kepada kita. Misalnya, pertama, qulil haqqa walaukana murran (katakanlah apa yang benar walaupun pahit rasanya). Kedua, falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak bisa,diamlah). Ketiga, laa takul qabla tafakur (janganlah
berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu). Keempat, Nabi menganjurkan
berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Dunya, “Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang
tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap
sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada
saat kamu tidak hadir”. Kelima, selanjutnya Nabi saw berpesan, “Sesungguhnya
Allah tidak suka kepada orang-orang…yaitu mereka yang
menjungkirkan-balikkan (fakta) dengan lidahnya seperti seekor sapi yang
mengunyah-ngunyah rumput dengan lidahnya”.
Berikut di bawah ini adalah beberapa etika dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari :
a) Jujur tidak berbohong
b) Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan
c) Lapang dada dalam berkomunikasi
d) Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
e) Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
f) Tidak mudah emosi / emosional
g) Berinisiatif sebagai pembuka dialog
h) Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
i) Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
j) Bertingkah laku yang baik
2. Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik
a) Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan
b) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara
c) Menatap mata lawan bicara dengan lembut
d) Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum
e) Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajar
f) Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
g) Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon
h) Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
i) Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
j) Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara.
k) Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
l) Menggunakan
komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti
berjabat tangan, merunduk, hormat, ces, cipika cipiki (cium pipi kanan -
cium pipi kiri).
C. Meneladani Komunikasi dalam Keluarga Rasulullah SAW
Meneladani
komunikasi dalam keluarga Rasulullah SAW. Rasulullah SAW merupakan
satu-satunya orang yang mendapatkan pendidikan langsung dari Allah SWT. Beliau bersabda: “Rabbku telah mendidik aku, maka sebaik-baik pendidikan adalah pendidikan yang diberikan kepadaku.”Oleh karena itu, dalam berkomunikasi dengan keluarga harus meneladani Rasulullah SAW. Bermuara pada rasa cinta dan kasih sayang.
Jadikanlah komunikasi anda sebagai muara cinta dan kasih sayang yang
tulus karena Allah, sebab semua pesannya merupakan rahmat bagi keluarga
bahkan bagi seluruh alam.
Abu
Sulaiman Bin Al Huwairi berkata, kami datang kepada Rasulullah SAW dan
kami tinggal bersamanya selama dua puluh hari. Tenyata Rasulullah SAW
orang yang dipenuhi oleh kasih sayang dan kelembutan kepada keluarganya
sehingga kami menjadi rindu kepada keluarga kami. Kemudian beliau
menanyakan keluarga yang kami tinggalkan, maka kami menceritakannya
kepada beliau. Kemudian beliau bersabda: “pulanglah kepada keluargamu dan penuhilah hak-hak mereka serta didiklah mereka dan berbuat baiklah kepada mereka……”.
Adapun komunikasi yang dilakukan oleh Rasulullah kepada keluarganya sebagai berikut:
1) Memanggil nama anggota keluarganya dengan panggilan yang menyenangkan
Seperti ketika Rasulullah memanggil Fatimah dengan sebutan “Wahai Ananda”, dan memanggil Aisyah dengan sebutan “Ya Humairo” atau “Ya Aaisy” (orang-orang yang hidup).
2) Berkomunikasi tanpa emosi
Berkomunikasi
tanpa emosi membuat beliau dapat menyampaikan pesan sesuai dengan
misinya. Sehingga beliau bisa berbicara dengan kata-kata yang berbobot,
penuh makna, mengandung nilai-nilai kebaikan dengan penuh kelembutan.
Sekalipun ketika beliau menegur Aisyah di saat Aisyah membuang makanan
yang dikirim oleh Ummu Salamah. Beliau bersabda: “Ibumu sedang cemburu, Hai Aisyah, satu nampan yang engkau terima harus engkau antar satu nampan juga”. Begitu juga ketika Aisyah tidur setelah sholat subuh, beliau bersabda kepadanya: “Hai Aisyah, jemputlah rizkimu dan janganlah engkau menolaknya”.
3) Beliau sering mengiringi bahasa lisannya dengan bahasa tubuhnya
Disaat
beliau ingin mengekspresikan rasa cintanya seperti yang diriwayatkan
oleh Aisyah beberapa hadits berikut ini: Aisyah berkata: “saya
biasa minum dari gelas yang sama ketika haid, lalu Nabi mengambil gelas
tersebut, dan meletakkan mulutnya di tempat saya meletakkan mulut saya
lalu beliau minum kemudian saya mengambil cangkir lalu saya menghirup
isinya. Kemudian beliau mengambilnya dari saya lalu beliau meletakkan
mulutnya pada tempat meletakkan mulut saya. Lalu beliau pun menghirupnya”. (HR.Abu Rozaq dan Sa’id Bin Mansur).
Dari Aisyah, bahwa Rasulullah, biasa mencium istrinya setelah wudhu, kemudian beliau sholat dan tidak mengulangi wudhunya. Beliau
menyampaikan pesan dengan kalimat yang sederhana (tidak bertele-tele).
Ketika Aisyah marah, Rasulullah bersabda kepadanya: “Hai
Aisyah, berlaku lembutlah, sesungguhnya apabila Allah menghendaki
kebaikan kepada sebuah keluarga maka Allah akan memberikan kelembutan
kepada mereka”.
4) Berlapang dada
Berlapang
dada dengan kelemahan yang ada dalam anggota keluarga, sehingga
komunikasi dimulai dengan memaafkan kesalahan mereka terlebih dahulu. Anas berkata: “Saya
tidak pernah mendengar Rasulullah SAW berkata, mengapa kamu tidak
melaksanakan ini, mengapa kamu tidak melaksanakan itu, mengapa kamu
tidak begini dan mengapa kamu tidak begitu. Padahal dia tinggal bersama
Rasulullah selama sepuluh tahun”. Suatu hari Rasulullah ditanya oleh seorang sahabat: "Ya Rasulullah, berapa kali engkau memaafkan pelayanmu dalam satu hari ?”. Beliau tidak menjawab. Tetapi setelah pertanyaan yang ketiga baru beliau menjawab: “Aku maafkan kesalahan pelayanku 70 x dalam sehari”. Maka
semua pesan dalam komunikasi beliau selalu menyenangkan untuk didengar,
mudah untuk dipahami, dan bersemangat untuk direspon.
D. Perbandingan Etika Komunikasi Barat dan Islam
1. Etika Komunikasi Barat
Beberapa nilai etika yang dijunjung tinggi oleh wartawan-wartawan Barat diantaranya adalah kebebasan (freedom), kebenaran (truthfulness) dan bertanggung jawab (responsibility). Di samping itu ada dua etika yang biasanya terdapat dalam kode etik Barat yaitu keadilan (fair play) dan keobjektifan (objectivity). Hubungan komunikator dengan komunikan adalah hubungan “Aku-Anda” (I - You relationship), bukan hubungan “Aku-Objek” (I - it relationships).
Pada hubungan yang pertama, terdapat pengakuan terhadap jati diri orang
lain, saling menghargai. Adapun pada hubungan yang kedua yang ada
hanyalah ketimpangan di mana komunikator tidak memperdulikan orang lain.
Komunikasi dalam umum (Barat),
pada umumnya mengabaikan peranan struktur sosial dan budaya serta juga
jelas-jelas menitikberatkan pada individu. Ini merupakan bukti
pendekatan 5 W-nya Harold Lasswell, salah seorang bapak pendiri teori
komunikasi di Amerika Serikat, yang menggambarkan tindakan komunikasi
dalam pengertian tanggapan (respons) pada lima pertanyaan berikut: siapa (who) mengatakan apa (says what) kepada siapa (to whom) melalui saluran apa (what channel) dan dengan efek bagaimana (what effect).
2. Etika Komunikasi Islam
Dalam
perspektif Islam, etika bersumber dari al-Qur’an dan hadis Rasulullah
saw, yang didasari dengan iman dan takwa kepada Allah swt. Sebuah
perbedaan yang mencolok antara etika komunikasi islam dan barat adalah
perbedaan yang lebih pada pesan (content) komunikasi yang harus terikat pada perintah agama. Dengan sendirinya pula unsur content mengikat unsur komunikator.
Di
antara prinsip dalam etika komunikasi juga sudah dilukiskan dalam
al-Qur’an dan hadis hal ini juga disinggung oleh Syukur Kholil dalam
buku Antologi Kajian Islam diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Memulai pembicaraan dengan salam.
2. Berbicara dengan Lemah Lembut
3. Menggunakan perkataan yang baik.
4. Menyebut hal-hal yang baik tentang komunikan.
5. Nasehat yang baik
6. Adil
7. Menggunakan bahasa dan isi pembicaraan dengan keadaan komunikan.
8. Berdiskusi dengan cara yang baik.
9. Lebih dahulu melakukan apa yang dikomunikasikan
10. Mempertimbangkan pandangan dan fikiran orang lain
11. Berdoa ketika melakukan komunikasi yang berat
12. Kritik Membangun.
Seorang komunikator dalam komunikasi Islam haruslah mengindahkan etika berkomunikasi yang digariskan dalam Islam, yaitu :
1. Bersikap jujur
2. Menjaga akurasi pesan-pesan (pesan akurat)
3. Bebas dan tanggung jawab.
Belum ada tanggapan untuk "KOMUNIKASI RESPEKTIF DAN ETIKA KOMUNIKASI"
Posting Komentar