Khotbah Khutbah Idul Adha 1428 H
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3)اللهُ
اَكبَرْ (×3
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا
وَالحَمْدُ لِلّهِ بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ
اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ
لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ
يَوْمِ عَرَفَةَ. اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ
اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ
اَمَّا بَعْدُ. فَيَا
عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Di
pagi hari yang penuh berkah ini, kita berkumpul untuk melaksanakan shalat ‘Idul
Adha. Baru saja kita ruku’ dan sujud sebagai pernyataan taat kepada Allah SWT.
Kita agungkan nama-Nya, kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan
pengakuan atas keagungan Allah. Takbir yang kita ucapkan bukanlah sekedar gerak
bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan
menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah
Maha Agung. Tiada yang patut di sembah kecuali Allah.
Karena
itu, melalui mimbar ini saya mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada
hadirin sekalian: Marilah tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha
Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan kecongkaan yang dapat
menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Apapun kebesaran yang kita sandang, kita
kecil di hadapan Allah. Betapa pun perkasa, kita lemah dihadapan Allah Yang
Maha Kuat. Betapapun hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tifdak berdaya
dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segala-galanya.
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul
adha yang kita rayakan pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah juga dikenal dengan
sebuatan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin yang sedang menunaikan haji
yang utama, yaitu wukuf di arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan
tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan
pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala
segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa
sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil
bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
لَبَّيْكَ اللّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ
شَرِيْكَ لَكَ
Disamping
Idul Adha dinamakan hari raya haji, jiga dinamakan “Idul Qurban”, karena
merupakan hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Arti Qurban ialah
memberikan sesuatu untuk menunjukkan kecintaan kepada orang lain, meskipun
harus menderita . Orang lain itu bias anak, orang tua, keluarga, saudara
berbangsa dan setanah air. Ada pula pengorbanan yang ditujukan kepada agama
yang berarti untuk Allah SWT dan inilah pengorbanan yang tinggi nilainya.
Masalah
pengorbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa
yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar.
Ketika orang ini telah membuat sejarah besar, yang tidak ada bandingannya:
Yaitu ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan
istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu.
Mereka diwempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang
pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun.
Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang
menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di
suatu tempat paling asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya
sendiri palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupin istrinya Siti Hajar, menerima
perintah itu dengan ikhlas dan penuh tawakkal.
Karena
pentingnya peristiwa tersebut. Allah mengabadikannya dalam Al-Qur’an:
رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ
ذِي زَرْعٍ عِندَ
بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا
لِيُقِيمُواْ الصَّلاَةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ
وَارْزُقْهُم مِّنَ
الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ
يَشْكُرُونَ
Artinya:
Ya Tuhan kami sesunggunnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku
di suatu lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumahmu (Baitullah)
yang dimuliakan. Ya Tuhan kami (sedemikian itu) agar mereka mendirikan shalat.
Maka jadikanlah gati sebagia manusia cenderung kepada mereka dan berizkilah
mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka brsyukur. (QS Ibrahim: 37)
Seperti
yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum
hingga tidak biasa menyusui nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil
lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba
Allah mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi
Ismail memperoleh sumber kehidupan.
Lembah
yang dulunya gersang itu, mempunyai persediaan air yang melimpah-limpah.
Datanglah manusia dari berbagai pelosok terutama para pedagang ke tempat siti
hajar dan nabi ismail, untuk membeli air. Datang rejeki dari berbagai penjuru,
dan makmurlah tempat sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal
dengan kota mekkah, sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim
dan berkat kecakapan seorang ibu dalam mengelola kota dan masyarakat. Kota
mekkah yang aman dan makmur dilukiskan oleh Allah kepada Nabi Muhammad dalam
Al-Qur’an:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً
آمِناً وَارْزُقْ
أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ
مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Artinya:
Dan ingatlah ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini,
sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya
yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.” (QS Al-Baqarah:
126)
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Dari
ayat tersebut, kita memperoleh bukti yang jelas bahwa kota Makkah hingga
saat ini memiliki kemakmuran yang melimpah. Jamaah haji dari seluruh penjuru
dunia, memperoleh fasilitas yang cukup, selama melakukan ibadah haji maupun
umrah.fgvb
Hal
itu membuktikan tingkat kemakmuran modern, dalam tata pemerintahan dan ekonomi,
serta kaemanan hukum, sebagai faktor utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan.
Yang semua itu menjadi dalil, bahwa do’a Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT.
Semua kemakmuran tidak hanya dinikmati oleh orang islam saja. Orang-orang yang
tidak beragama Islam pun ikut menikmati.
Allah
SWT berfirman:
قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلاً ثُمَّ
أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Artinya:
Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara,
kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat
kembali.” (QS. Al-Baqarah: 126)
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul
Adha yang kita peringatisaat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari rara
memotong kurban binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling beratyang
menimpa Nabiyullah Ibrahim. Akibat dari kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam
menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah
kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah
titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku,
mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh
urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku
Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Sebagai
realisasi dari firmannya ini, Allah SWT mengizinkan pada para malaikat menguji
keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan
tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Dalam
kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki
kekayaan 1000 ekor domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain
mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah
yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu
hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?”
maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila
Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta
anak kesayanganku Ismail, niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu
Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi
Ibrahim yang akan mengorbankan anaknya jika dikehendaki oleh Allah itulah yang
kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim
melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih
berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya
dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat
mengerikan! Peristiwa spektakuler itu dinyatakan dalam Al-Qur’an:
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا
تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya:
Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnay aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai
bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan
mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Aa-saffat: 102)
Ketika
keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang
ayah, sang anak, dan sang ibu silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti
hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah noleh bujuk rayuan iblis yang menggoda
agar membatalkan niatnya. Mereka tidak terpengaruh sedikitpun untuk mengurunkan
niatnya melaksanakan perintah Allah. Ibrahim melempar iblis dengan batu,
mengusirnya pergi. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji
yakni melempar jumrah.
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Ketika
sang ayah belum juga mengayunkan pisau dileher putranya. Ismail mengira ayahnya
ragu, seraya ia melepaskan tali pengikat tali dan tangannya, agar tidak muncul
suatu kesan atau image dalam sejarah bahwa sang anak menurut untuk dibaringkan
karena dipaksa ia meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling, supaya
tidak melihat wajahnya.
Nabi
Ibrahim memantapkan niatnya. Nabi Ismail pasrah bulat-bulat, seperti ayahnya
yang telah tawakkal. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah
berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannyatidak usah
diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi kedua ayah dan
anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah
mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana
diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Saffat ayat 107-110:
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan
kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami
abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang
kemudian.”
سَلَامٌ عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah
kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan
tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia
itu, Malaikat Jibril kagum, seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu
Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menjawab “Laailaha illahu
Allahu Akbar.” Yang kemudian dismbung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil
Hamdu.’
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Inilah
sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi
hari ini. Allah Maha Penyayng. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita,
cukup binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya.
Pengorbanan
Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat umat manusia itu membuat Ibrahim
menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar.
Dari
sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Islam
seluruh dunia, dengan air zam-zam yang tidak pernah kering, sejak ribuan
tahunan yang silam, sekalipun tiap harinya dikuras berjuta liter, sebagai
tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan tabah yaitu Siti Hajar dan
putranya Nabi Ismail.
Hikmah
yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha, bahwa hakikat manusia
adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah
haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan
dikumpulkan dipadang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.
Di
samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut
adalah: Pertama, perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh
Allah SWT, harus dilaksanakan tanpa reserve. Harus disambut dengan tekad
sami’na wa ‘ata’na. Nabi Ibrahim, istri, dan anaknya, telah meninggalkan contoh
bahwa bila perlu, jiwa sendiripun haruslah dikorbankan, demi melaksanakan
perintah-perintah Allah.
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
I’tibar
kedua yang dapat kita tarikdari peristiwa tersebut, adalah kegigihan syaitan
yang terus menerus mengganggu manusia, agar membangkang dari ketentuan ilahi.
Syaitan senantiasa terus berusaha menyeret manusia ke jurang kejahatan dan
kehancuran. Allah sendiri mengingatkan kepada kita.
وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ
Artinya:
Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan
itu adalah musuh yang nyata bagimu.”
Ketiga,
jenis sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), merupakan gambaran bahwa
hawa nafsu hawaiyah harus dihilangkan.
Keempat,
bahimah bila dilihat dari unsur gizinya, mengandung suatu arti bahwa makanan,
disamping halal harus yang diutamakan juga masalah gizinya.
Hadirin
Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Tepatlah
apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah kesedihan kita untuk berkorban
bagi negeri kita tercinta yang saat ini sedang dirundung kesusahan.
Krisis
ekonomi yang sudah beberapa tahun berjalan, menambah beban masyarakat ditambah
lagi dengan naiknya harga BBM, tariff listrik, rekening telepon, dan naiknya
harga-harga kebutuhan pokok lainnya, sehingga menjadikan masyarakat kita tidak
memiliki daya beli. Akibatnya, banyak kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terjangkau.
Dalam
kondisi seperti ini sebenarnya kita banyak berharap dan mendoakan mudah-mudahan
para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan
kepentingan pribadi dan kelompoknya, tapi untuk kepentingan bangsa dan negara.
Pengorbanan untuk kepentingan orang banyak tidaklah mudah, berjuang dalam
rangka mensejahterahkan umat memang memerlukan keterlibatan semua pihak. Hanya
orang-orang bertaqwalah yang sanggup melaksanakannya.
Mudah-mudahan
perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk rela berkorban demi
kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.
أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ
اللهِ الرَّحْمنِ
الرَّحِيمِ. إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا
اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA:
اللهُ اَكْبَرْ
(3×) اللهُ
اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا
وَسُبْحَانَ
الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ
وَ
اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى
اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَِثيْرًا
اَمَّا
بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ
وَثَـنَى
بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ
ئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا
صَلُّوْا
عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ
سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ
اْلمُقَرَّبِيْنَ
وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
اَبِى
بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
وَالتَّابِعِيْنَ
وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا
مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ
اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ
عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ
وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ
وَاعْلِ
كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ
مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ
اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا
آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ
اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى
اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
(Ust. Idrus Ali
S.Ag.MHI./ِAULA/@red)
Belum ada tanggapan untuk "Khotbah Khutbah Idul Adha 1428 H"
Posting Komentar